Sabtu, 15 Oktober 2011

 
I.              PENDAHULUAN

1.1.                        Latar Belakang
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup. Mikroorganisme yang terkandung pada Probiotik mampu membantu pencernakan makanan pada tubuh hewan dan manusia sehingga makanan yang mengandung probiotik akan mampu dicerna dan diserap tubuh dengan baik. Selain itu probiotik mampu meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit.
Pada budi daya ikan probiotik diberikan sebagai campuran makanan dan ada yang ditaburkan pada kolam pemeliharaan. Untuk Probiotik yang dicampur pakan, bisa dicampurkan dengan pakan buatan pabrik (pelet) maupun pakan alami seperti daun-daunan. Penebaran probiotik pada kolam akan membantu tumbuhnya plankton-plankton dan mikroorganisme lainnya dalam air kolam sebagai makanan alami ikan.
Probiotik akan menggemburkan dasar kolam sekaligus memelihara kualitas air. Probiotik ini cukup diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali supaya air selalu sehat, tidak blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan alami (Wikipedia, 2010). Penerapan Probiotik dalam usaha budidaya terbukti dapat meningkatkan resistensi biota yang dibudidayakan (udang/ikan) terhadap infeksi, karena itu penggunaan probiotik merupakan salah satu cara preventif yang dapat mengatasi penyakit. Probiotik (bakteri pengurai) adalah mikroorganisme hidup yang sengaja dimasukkan ke dalam tambak untuk memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan udang. Tujuannya untuk memperbaiki dan mempertahankan lingkungan, menekan bakteri merugikan, menghasilkan enzim yang dapat membantu sistem pencernaan, menghasilkan nutrisi yang bermanfaat serta meningkatkan kekebalan ikan/udang.

1.2.                        Tujuan
Makalah ini bertujuan mempelajari penerapan tehnologi probiotik di tambak udang serta pengaruhnya bagi kualitas air. Manfaat makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penerapan tehnologi probiotik serta perannya dalam memperbaiki kualitas air.

           




















II.            TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penggunaan Teknologi Probiotik
Probiotik adalah penggunaan mikroba hidup yang menguntungkan saluran pencernaan hewan untuk meningkatkan kesehatan inangnya. Jadi lebih difokuskan pada hewan/inangnya. Sejalan dengan kemajuan tehnologi, probiotik juga dimanfaatkan dalam akuakultur. Probiotik adalah penggunaan bakteri atau mikroba menguntungkan untuk meningkatkan kesehatan ekosistem tambak, kesehatan udang maupun meningkatkan sistem imun dari inang (udang) dan mengendalikan/menghambat mikroba patogen.
Menurut Poernomo, A, (2004) probiotik adalah mikroorganisme yang memiliki kemampuan mendukung pertumbuhan dan produktifitas udang. Penerapan probiotik pada udang selain berfungsi untuk meyeimbangkan mikroorganisme dalam pencernaan agar tingkat serapannya tinggi, probiotik juga bermanfaat menguraikan senyawa-senyawa sisa metabolisme dalam air . Sehingga probiotik dapat berfungsi sebagai bioremediasi, biokontrol, imunostimulan serta memacu pertumbuhan.
Probiotik adalah mikroba yang merupakan bahan tambahan di perairan (Moriarty, 1998). Umumnya bakteri probiotik terdiri dari bakteri nitrifiying dan atau bakteri heterotrofik. Bakteri heterotrofik adalah bakteri yang mengkonsumsi oksigen untuk menghasilkan karbodioksida dan amoniak pada saat proses oksidasi. Sedangkan bakteri autrofik nitrtiying mengkonsumsi oksigen dan karbondioksida pada saat oksidasi amoniak dengan produk akhirnya nitrat (Moriarty, 1996).
Tujuan utama penggunaan probiotik (kultur tunggal atau multikultur), antara lain meningkatkan kualitas air dan dasar tambak, meningkatkan kesehatan udang dan sebagai agent hayati (biological control agents) untuk mengendalikan berbagai penyakit pada tambak. Probiotik adalah mikroorganisme hidup non phatogen yang diberikan pada hewan untuk perbaikan laju pertumbuhan, efesiensi konsumsi ransum dan kesehatan hewan. Selain itu dijelaskan bahwa probiotik adalah feed additive berupa mikroba hidup menguntungkan yang mempengaruhi induk semang melalui perbaikan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Probiotik dapat berupa satu atau beberapa jenis mikroorganisme (mikroorganisme tunggal atau kultur campuran). Spesies yang sering digunakan adalah Lactobacillus sp., Leuconoctoc sp., Pedioccus sp.,Propinibactereium sp. dan Bacillus sp. Dari spesies ragi meliputi Saccharomyces cerevissiae dan Candida pintolopesi, serta jamur meliputi Aspergillus niger dan Aspegillus oryzae. Probiotik yang biasa digunakan dalam budidaya antara lain ; Bacillus lycheniforsis (Bakteri Nitrifikasi), merubah senyawa nitrat dasar tambak menjadi nitrit makanan plankton, bakteri Fotosintetik (Photo synthetic bacteria), menggunakan N – anorganik untuk mengoksidasi gas H2S menjadi sulfur melalui proses fotosintesa.

2.2. Peranan Probiotik Dalam Budidaya
Peranan bakteri probiotik sebagai kontrol biologis pada sistem budi daya adalah (1). Menekan pertumbuhan bakteri patogen (2.) Mempercepat degradasi bahan organik dan limbah (3). Meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial (4). Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indigenus yang menguntungkan pada tanaman, misal Mycorriza, Rhizobium dan bakteri pelarut pospat. (5). Memfiksasi nitrogen (6.) Mengurangi pupuk dan pestisida.
Dengan adanya probiotik maka proses degradasi bahan organik pada dasar tambak akan lancar, sehingga menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi pertumbuhan plankton. Bahan organik yang mengalami mineralisasi oleh jasad pengurai (probiotik) akan diubah menjadi bahan anorganik seperti nitrat dan pospat. Bahan organik ini dapat digunakan secara langsung oleh fitoplankon dalam air untuk kelangsungan hidupnya. Fitoplankton makanan bagi zooplankto, sehingga jumlahnya melimpah. Hal ini menyebabkan perairan tersebut menjadi subur. Zooplankton merupakan pakan alami bagi sebagian besar larva ikan, termasuk larva. Dengan demikian maka ketersediaan pakan alami bagi ikan akan tetap terjaga.
Pemberian probiotik melalui lingkungan (air dan dasar tambak) bertujuan Memperbaiki serta mempertahankan kualitas air dan dasar tambak, mengoksidasi senyawa organic sisa pakan, kotoran udang, plankton dan organisme mati, menurunkan senyawa metabolit beracun (ammonia, nitirt , H2S), mempercepat pembentukan dan kestabilan plankton, menurunkan pertumbuhan bakteri yang merugikan, penyedia pakan alami dalam bentuk flok bakteri dan menumbuhkan bakteri pengurai. Sedangkan pemberian bakteri melalui pakan bertujuan : Menyeimbangkan fungsi usus sehingga mampu menekan bakteri yang merugikan, menghasilkan enzim yang membantu sistem pencernaaan makanan, mengandung protin yang dapat dimanfaatkan oleh ikan dan udang yang memekannya, dan meningkatkan kekebalan tubuh udang dan ikan.
Probiotik dapat dibagi 2 kelompok yaitu ; bentuk cair merupakan mikroba dalam bentuk suspensi (inokulan tunggal maupun multikultur) antara lain Lactobacillus, Bacillus sp, Nitrobacteria dan bentuk padat yaitu mikroba diinokulasi (tunggal atau multikultur) dalam media carier. (Simarmata, 2006).
Hubungan Kondisi Di Tambak dengan Jenis Bakteri Probiotik:
1.   Bagian Atas air dalam kondisi aerob kelompok bakteri aerob
2. Bagian Dasar Tambak Air umumnya kekurangan Oksigen (Anaerob) kelompok bakteri anaerob
3. Fase Awal Budidaya Populasi plankton kurang pekat Bakteri perangsang pertumbuhan plankton
4. Fase Menjelang Panen Populasi plankton pekat bakteri pengendali
pertumbuhan plankton

2.3. Pengaruh Pemberian Probiotik
Pengaruh penggunaan probiotik adalah untuk aplikasi probiotik rutin dengan sistem sedikit ganti air mempunyai pH cenderung tinggi, NH3 dan H2S relatif rendah, kecerahan lebih pekat, suhu, salinitas, warna air, DO, pH, memenuhi kebutuhan hewan yang dibudidayakan. Penggunaan probiotik pada usaha budidaya ikan dan udang dapat mengurangi penggunaan bahan kimia dan antibiotik, berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan, FCR dan produksi ikan serta udang.
Menurut Simarmata (2006) mekanisme penggunaan probiotik dalam meningkatkan kualitas air, kesehatan udang dan pengendalian secara biologis dapat diringkas sebagai berikut :
• Menguraikan senyawa toksis (detoksifikasi) dalam ekosistem tambak, terutama NH3 , NO2- dan H2S dan menguraikan timbunan bahan organik dan detritus pada dasar tambak.
• Antagonisme yaitu mikroba tersebut menghasilkan suatu senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan patogen.
• Kompetisi yaitu mikroba probiotik berkompetisi dengan mikroba patogen dalam memanfaatkan faktor tumbuh.
• Immunostimulan yaitu mikroba probiotik meningkatkan sistem imun dari inang atau organisme menguntungkan dalam ekosistem tambak.
• Meningkatkan status nutrisi yaitu mikroba probiotik meningkatkan ketersediaan hara dan penguraian hara pada inang.
Beberapa penelitian tentang penggunaan probiotik dalam budidaya udang antara lain; hasil penelitian Widanarni bertujuan mencari bakteri pembunuh yang alami. Ia menemukan adanya kompetisi antara Vibrio harveyi dengan bakteri probiotik. Kondisi ini terjadi saat Vibrio harveyi hendak melekatkan diri ke tubuh udang. Bakteri probiotik tersebut menurut Widanarti bisa diperoleh dengan cara menapisnya (screning) dari bakteri Vibrio juga, yang jenisnya adalah probiotik SKT-b kepanjangan dari Skeletonema. Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa kelangsungan hidup larva udang windu dengan penambahan probiotik SKT-b menjadi lebih besar (93%) dibandingkan tanpa SKT-b (68%). Penambahan probiotik SKT-b ternyata berhasil mengurangi populasi Vibrio harveyi di saluran pencernaan larva udang (Widanarti, 2005).
Sementara itu Murtiati dkk (2006) melakukan penelitian tentang penggunaan probiotik pada udang galah menjelaskan bahwa kolam perlakuan dengan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik EM4 (B) maupun MBPI (C) memberikan pengaruh yang baik pada peningkatan kadar oksigen terlarut, yaitu pada kolam perlakuan ikan bandeng dan EM4 konsentrasi tertinggi mencapai 8,24 mg/l dan pada kolam perlakuan ikan bandeng dan MBPI 5,89 mg/l.  Pada penelitian yang sama diketahui juga bahwa dengan penggunaan probiotik dapat menurunkan konsentrasi kandungan ammonia dan nitrit pada dasar tambak.
Lingkungan yang bersih bebas dari timbunan sisa-sisa penguraian bahan organik (Ammonia, nitrit dan asam sulfida) serta kaya akan oksigen akan sangat membantu pertumbuhan udang dan menjaga kesehatan udang selama pemeliharaan. Tehnik aplikasi penggunaan probiotik dalam budidaya udang biasanya dilakukan pada saat persiapan lahan. Setelah pemberian probiotik pada saat persiapan lahan maka probiotik dapat kembali diberikan setelah benur ditebarkan, dan sebaiknya diberikan secara rutin.
2.4. Cara Penggunaan Probiotik
Cara penggunaan probiotik adalah ; apabila diberikan di kolom air yang aerobik sebaiknya diencerkan dulu dengan air tambak, kemudian ditebar merata (untuk perbaikan kualitas air). Sedangkan apabila diberikan di dasar tambak, penggunaannya dicampur dengan subtrat pembawanya misal dengan zeolit, caranya tuang zeolit ke dalam bak plastik campur dengan probiotik, aduk hingga merata dan tebarkan campuran tersebut di tambak terutama dibagian yang banyak endapan lumpur. Probiotik dapat juga digunakan dengan dicampur dengan pakan buatan, keringkan sebentar lalu menebarkan pakan tersebut.


















III.           METODOLOGI

3.1 Waktu pelaksanaan
Praktek pembuatan pakan buatan ini dilaksanakan pada :
Waktu         :    13.00 – sd selesai
Tanggal       :    Jumat, 08 Juli 2011
Tempat       :    Lab. Pakan Akademi Perikanan Sidoarjo.


3.2 Alat dan Bahan
3.2.1. Alat yang digunakan
      1. Timbangan
      2. Saringan
      3. Gelas Ukur
      4. Baskom
      5. Wadah berbentuk drum
      6. Kayu Pengaduk

3.2.2. Bahan yang digunakan
1. Isi rumen                                    : 5 kg
2. Tetes / Molase                           : 1 liter
3. Katul                              : 2 kg
4. Air                                  : 10 liter
3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah metode pengamatan langsung terhadap objek yang akan di amati.
IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.  Alur Proses Pembuatan Pakan Ikan diantaranya :
v  Pemilihan/penyediaan bahan baku
v  Pencampuran
v  Pengadukan
v  Penyimpanan

3.2.  Prosedur pembuatan pakan buatan
Prosedur pembuatan probiotik dari rumen ialah:
1.    Siapkan alat dan bahan
2.    Campurkan dedak halus yang sudah di ayak, tetes dan air kedalam tong fermentasi.
3.    Isi rumen dimasukkan lalu diaduk hingga tercampur rata dan homogeny.
4.    Tutup tong fermentasi dan biarkan selama 1 minggu
5.    Amati hasilnya pada hari ke-4,5 dan 6 (warna,bau dan temuan-temuan lainnya)
6.    Saring probiotik pada hari ke-7 lalu probiotik siap untuk digunakan.

3.3.  Pemilihan Bahan
3.3.1. Rumen
Sistem Pencernaan Ruminansia Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan makanan selama berada di dalam alat pencernaan. Proses pencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih kompleks dibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya. 
Perut ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu retikulum (perutjala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati).Dalam studi fisiologi ternak ruminasia, rumen dan retikulum sering dipandang sebagai organ tunggal dengan sebutan retikulorumen. Omasum disebut sebagai perut buku karena tersusun dari lipatan sebanyak sekitar 100 lembar. Fungsiomasum belum terungkap dengan jelas, tetapi pada organ tersebut terjadi penyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan elektrolit. Pada organ ini dilaporkan juga menghasilkan amonia dan mungkin asam lemak terbang(Frances dan Siddon, 1993). Termasuk organ pencernaan bagian belakang lambung adalah sekum, kolon dan rektum. Pada pencernaan bagian belakang tersebut juga terjadi aktivitas fermentasi. Namun belum banyak informasi yangterungkap tentang peranan fermentasi pada organ tersebut, yang terletak setelahorgan penyerapan utama. Proses pencernaan pada ternak ruminansia dapatterjadi secara mekanis di mulut, fermentatif oleh mikroba rumen dan secarahidrolis oleh enzim-enzim pencernaan. 
Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu proses yang disebut memamah biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakan ditahan untuk sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakanyang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses regurgitasi),untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali(proses redeglutasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzimmikroba rumen. Kontraksi retikulorumen yang terkoordinasi dalam rangkaianproses tersebut bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi danpenyerapan nutrien. Selain itu kontraksi retikulorumen juga bermanfaat untukpergerakan digesta meninggalkan retikulorumen melalui retikulo-omasal orifice(Tilman et al. 1982). 
Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa danfungi (Czerkawski, 1986). Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni padajaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding seltanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen. 
Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yangdigunakan, karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya. Kebalikannya protozoa diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudahdilihat berdasarkan penyebaran silianya. Beberapa jenis bakteri yang dilaporkanoleh Hungate (1966) adalah : (a) bakteri pencerna selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus albus, Butyrifibriofibrisolvens), (b) bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens,Bakteroides ruminocola, Ruminococcus sp), (c) bakteri pencerna pati(Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica, (d) bakteri pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus), (e) bakteri pencerna protein (Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis). 
Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morfologinya yaitu: Holotrichs yang mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yang fermentabel, sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulutumumnya merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna (Arora, 1989). 

4.3.2.  Dedak halus
Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan beras, dengan kandungan gizi: Protein = 11,35%, Lemak = 12,15%, Karbohidrat =  28,62%, Abu = 10,5%, Serat kasar = 24,46%,  Ai r= 10,15%, Nilai ubah = 8 dan dedak halus ini menyediakan karbodidrat bagi bakteri untuk tumbuh.
4.3.3. Molase
Molasses adalah salah satu hasil samping pabrik gula yang memiliki kandungan sukrosa sekitar 30 % disamping gula reduksi sekitar 25 % berupa glukosa dan fruktosa (Hadi dan Sutrisno, 2000). Molasses merupakan sirup terakhir dari nira yang telah mengalami pengolahan di pabrik gula dan telah dipisahkan gulanya melalui kristalisasi berulang sehingga sudah tidak mungkin lagi menghasilkan kristal gula dengan cara kristalisasi konvensional. Molasses biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku proses fermentasi dan isolasi bahan-bahan non-gula. Sukrosa dalam tetes tebu tidak dapat lagi dikristalisasi secara konvensional karena adanya pengotor dan viskositas tetes tebu yang sangat tinggi (Koesdarminta dan Kosasih, 2006). Molasses dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan berbagai macam produk antara lain penyedap rasa, alkohol, pakan ternak dan lain-lain (Almazan, Gonzales, Galves, 1998).
Molasses juga dapat digunakan sebagai media fermentasi dalam pembuatan biosurfaktan. Penggunaan molasses sebagai substrat dalam pembuatan biosurfaktan telah banyak diteliti. Patel dan Desai (1997) telah menggunakan P. aeruginosa menggunakan tetes tebu (molasses) sebagai sumber karbon menghasilkan biosurfaktan jenis rhamnolipid. Rashedi, et al. (2005) juga telah berhasil menggunakan molasses untuk memproduksi biosurfaktan dan menunjukkan bahwa produksi biosurfaktan bertambah dengan meningkatnya konsentrasi molasses. Nitschke, et al. (2004) telah berhasil memanfaatkan limbah cair tapioka (manipueira), whey susu, dan tetes tebu (molasses) sebagai substrat oleh B. subtilis menghasilkan surfaktan yang mempunyai sifat lipopeptida, jenis surfaktin.



4.3. Peranan Probiotik Dalam Budidaya
Peranan bakteri probiotik sebagai kontrol biologis pada sistem budi daya adalah (1) Menekan pertumbuhan bakteri pathogen
(2) Mempercepat degradasi bahan organik dan limbah
(3) Meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial
(4) Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indigenus yang menguntungkan pada tanaman, misal Mycorriza, Rhizobium dan bakteri pelarut pospat.
(5) Memfiksasi nitrogen
(6) Mengurangi pupuk dan pestisida.
Dengan adanya probiotik maka proses degradasi bahan organik pada
dasar tambak akan lancar, sehingga menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi pertumbuhan plankton. Bahan organik yang mengalami mineralisasi oleh jasad pengurai (probiotik) akan diubah menjadi bahan anorganik seperti nitrat dan pospat. Bahan organik ini dapat digunakan secara langsung oleh fitoplankon dalam air untuk kelangsungan hidupnya. Fitoplankton makanan bagi zooplankto, sehingga jumlahnya melimpah. Hal ini menyebabkan perairan tersebut menjadi subur. Zooplankton merupakan pakan alami bagi sebagian besar larva ikan, termasuk larva. Dengan demikian maka ketersediaan pakan alami bagi ikan akan tetap terjaga.








V. KESIMPULAN

            Lingkungan tambak yang sehat dan subur (healty pond) mencerminkan adanya interaksi yang harmonis, baik antara komponen biotik dengan abiotik maupun sesama komponen biotiknya. Oleh karena itu peranan O2 dalam tambak sangat penting karena tanpa O2 mahluk hidup yang aerob (zooplankton, bakteri aerob, udang) akan mati akibatnya proses ketersediaan makanan dalam rantai makanan akan terputus dan terjadinya akumulasi senyawa organik pada dasar tambak. Dalam lingkungan tambak amoniak dan nitrit bersifat toksis, selain itu peningkatan amoniak juga meningkat dengan kenaikan suhu. jika kandungannya tinggi dapat menyebabkan kematian pada udang.
             Probiotik adalah penggunaan bakteri atau mikroba menguntungkan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan tambak, kesehatan udang maupun meningkatkan sistem imun dari inang (udang) dan mengendalikan/menghambat mikroba patogen.
Tujuan utama penggunaan probiotik (kultur tunggal atau multikultur), antara lain meningkatkan kualitas air dan dasar tambak, meningkatkan kesehatan udang dan sebagai agent hayati (biological control agents) untuk mengendalikan berbagai penyakit pada tambak. Probiotik yang biasa digunakan dalam budidaya antara lain ; Bacillus lycheniforsis (Bakteri Nitrifikasi), merubah senyawa nitrat dasar tambak menjadi nitrit makanan plankton, bakteri Fotosintetik (Photo synthetic bacteria).

3.2. Saran
Melihat penerapan tehnologi probiotik yang sederhana maka disarankan untuk dapat diterapkan oleh para pembudidaya udang sebagai usaha pencegahan secara biologis terhadap serangan penyakit. Saat ini probiotik dalam usaha budidaya telah tersedia secara komersial, tetapi informasi yang secara ilmiah dianggap memadai belum tersedia. Kondisi inilah menyebabkan kesenjangan antara pelaksanaan di lapangan dengan landasan ilmiah yang mendukungnya. Oleh karena itu diperlukan kerjasama antar komponen petani tambak, pemerintah, institusi terkait (perusahaan produk, dan peneliti).






















DAFTAR PUSTAKA

Prahasta, A. dan Hasanawi Masturi. 2009. Agribisnis Udang Windu. Pustaka Gravika. Bandung.
Suyanto, R.A. dan Ahmad Mujiman. 2005. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soetomo, M. 1990. Teknik Budidaya Udang Windu. Sinar Baru. Bandung.
Astri Wulandari. 2008. Pembuatan biosurfaktan secara biotransformasi menggunakan molasses sebagai media oleh Pseudomonas fluorescens. http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/52632505200908022.pdf.