I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang
sangat bermanfaat bagi makhluk hidup. Mikroorganisme yang terkandung pada
Probiotik mampu membantu pencernakan makanan pada tubuh hewan dan manusia sehingga
makanan yang mengandung probiotik akan mampu dicerna dan diserap tubuh dengan
baik. Selain itu probiotik mampu meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit.
Pada budi daya ikan probiotik
diberikan sebagai campuran makanan dan ada yang ditaburkan pada kolam
pemeliharaan. Untuk Probiotik yang dicampur pakan, bisa dicampurkan dengan
pakan buatan pabrik (pelet) maupun pakan alami seperti daun-daunan. Penebaran
probiotik pada kolam akan membantu tumbuhnya plankton-plankton dan
mikroorganisme lainnya dalam air kolam sebagai makanan alami ikan.
Probiotik akan menggemburkan dasar
kolam sekaligus memelihara kualitas air. Probiotik ini cukup diguyurkan ke air
kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali supaya air selalu sehat, tidak
blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan alami (Wikipedia, 2010). Penerapan
Probiotik dalam usaha budidaya terbukti dapat meningkatkan resistensi biota
yang dibudidayakan (udang/ikan) terhadap infeksi, karena itu penggunaan
probiotik merupakan salah satu cara preventif yang dapat mengatasi penyakit.
Probiotik (bakteri pengurai) adalah mikroorganisme hidup yang sengaja
dimasukkan ke dalam tambak untuk memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan
udang. Tujuannya untuk memperbaiki dan mempertahankan lingkungan, menekan
bakteri merugikan, menghasilkan enzim yang dapat membantu sistem pencernaan,
menghasilkan nutrisi yang bermanfaat serta meningkatkan kekebalan ikan/udang.
1.2.
Tujuan
Makalah ini bertujuan mempelajari penerapan
tehnologi probiotik di tambak udang serta pengaruhnya bagi kualitas air. Manfaat makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai penerapan tehnologi probiotik serta perannya dalam memperbaiki
kualitas air.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penggunaan
Teknologi Probiotik
Probiotik adalah penggunaan mikroba hidup
yang menguntungkan saluran pencernaan hewan untuk meningkatkan kesehatan
inangnya. Jadi lebih difokuskan pada hewan/inangnya. Sejalan dengan kemajuan
tehnologi, probiotik juga dimanfaatkan dalam akuakultur. Probiotik adalah
penggunaan bakteri atau mikroba menguntungkan untuk meningkatkan kesehatan
ekosistem tambak, kesehatan udang maupun meningkatkan sistem imun dari inang
(udang) dan mengendalikan/menghambat mikroba patogen.
Menurut Poernomo, A, (2004) probiotik adalah
mikroorganisme yang memiliki kemampuan mendukung pertumbuhan dan produktifitas
udang. Penerapan probiotik pada udang selain berfungsi untuk meyeimbangkan
mikroorganisme dalam pencernaan agar tingkat serapannya tinggi, probiotik juga
bermanfaat menguraikan senyawa-senyawa sisa metabolisme dalam air . Sehingga
probiotik dapat berfungsi sebagai bioremediasi, biokontrol, imunostimulan serta
memacu pertumbuhan.
Probiotik adalah mikroba yang merupakan bahan
tambahan di perairan (Moriarty, 1998). Umumnya bakteri probiotik terdiri dari
bakteri nitrifiying dan atau bakteri heterotrofik. Bakteri heterotrofik adalah
bakteri yang mengkonsumsi oksigen untuk menghasilkan karbodioksida dan amoniak
pada saat proses oksidasi. Sedangkan bakteri autrofik nitrtiying mengkonsumsi
oksigen dan karbondioksida pada saat oksidasi amoniak dengan produk akhirnya
nitrat (Moriarty, 1996).
Tujuan utama penggunaan probiotik (kultur
tunggal atau multikultur), antara lain meningkatkan kualitas air dan dasar
tambak, meningkatkan kesehatan udang dan sebagai agent hayati (biological
control agents) untuk mengendalikan berbagai penyakit pada tambak. Probiotik
adalah mikroorganisme hidup non phatogen yang diberikan pada hewan untuk
perbaikan laju pertumbuhan, efesiensi konsumsi ransum dan kesehatan hewan.
Selain itu dijelaskan bahwa probiotik adalah feed additive berupa mikroba hidup
menguntungkan yang mempengaruhi induk semang melalui perbaikan keseimbangan
mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Probiotik dapat berupa satu atau
beberapa jenis mikroorganisme (mikroorganisme tunggal atau kultur campuran).
Spesies yang sering digunakan adalah
Lactobacillus sp., Leuconoctoc sp., Pedioccus sp.,Propinibactereium sp. dan
Bacillus sp. Dari spesies ragi meliputi Saccharomyces
cerevissiae dan Candida pintolopesi,
serta jamur meliputi Aspergillus niger
dan Aspegillus oryzae. Probiotik yang
biasa digunakan dalam budidaya antara lain ; Bacillus lycheniforsis (Bakteri Nitrifikasi), merubah senyawa
nitrat dasar tambak menjadi nitrit makanan plankton, bakteri Fotosintetik
(Photo synthetic bacteria), menggunakan N – anorganik untuk mengoksidasi gas
H2S menjadi sulfur melalui proses fotosintesa.
2.2. Peranan Probiotik
Dalam Budidaya
Peranan bakteri probiotik sebagai kontrol
biologis pada sistem budi daya adalah (1). Menekan pertumbuhan bakteri patogen
(2.) Mempercepat degradasi bahan organik dan limbah (3). Meningkatkan
ketersediaan nutrisi esensial (4). Meningkatkan aktivitas mikroorganisme
indigenus yang menguntungkan pada tanaman, misal Mycorriza, Rhizobium dan
bakteri pelarut pospat. (5). Memfiksasi nitrogen (6.) Mengurangi pupuk dan
pestisida.
Dengan adanya probiotik maka proses degradasi
bahan organik pada dasar tambak akan lancar, sehingga menghasilkan zat-zat yang
bermanfaat bagi pertumbuhan plankton. Bahan organik yang mengalami mineralisasi
oleh jasad pengurai (probiotik) akan diubah menjadi bahan anorganik seperti
nitrat dan pospat. Bahan organik ini dapat digunakan secara langsung oleh
fitoplankon dalam air untuk kelangsungan hidupnya. Fitoplankton makanan bagi
zooplankto, sehingga jumlahnya melimpah. Hal ini menyebabkan perairan tersebut
menjadi subur. Zooplankton merupakan pakan alami bagi sebagian besar larva
ikan, termasuk larva. Dengan demikian maka ketersediaan pakan alami bagi ikan
akan tetap terjaga.
Pemberian probiotik melalui lingkungan (air
dan dasar tambak) bertujuan Memperbaiki serta mempertahankan kualitas air dan
dasar tambak, mengoksidasi senyawa organic sisa pakan, kotoran udang, plankton
dan organisme mati, menurunkan senyawa metabolit beracun (ammonia, nitirt ,
H2S), mempercepat pembentukan dan kestabilan plankton, menurunkan pertumbuhan
bakteri yang merugikan, penyedia pakan alami dalam bentuk flok bakteri dan
menumbuhkan bakteri pengurai. Sedangkan pemberian bakteri melalui pakan
bertujuan : Menyeimbangkan fungsi usus sehingga mampu menekan bakteri yang
merugikan, menghasilkan enzim yang membantu sistem pencernaaan makanan,
mengandung protin yang dapat dimanfaatkan oleh ikan dan udang yang memekannya,
dan meningkatkan kekebalan tubuh udang dan ikan.
Probiotik dapat dibagi 2 kelompok yaitu ;
bentuk cair merupakan mikroba dalam bentuk suspensi (inokulan tunggal maupun
multikultur) antara lain Lactobacillus, Bacillus sp, Nitrobacteria dan bentuk
padat yaitu mikroba diinokulasi (tunggal atau multikultur) dalam media carier.
(Simarmata, 2006).
Hubungan Kondisi Di Tambak dengan Jenis Bakteri Probiotik:
Hubungan Kondisi Di Tambak dengan Jenis Bakteri Probiotik:
1. Bagian
Atas air dalam kondisi aerob kelompok bakteri aerob
2. Bagian Dasar Tambak Air umumnya kekurangan Oksigen (Anaerob) kelompok bakteri anaerob
3. Fase Awal Budidaya Populasi plankton kurang pekat Bakteri perangsang pertumbuhan plankton
4. Fase Menjelang Panen Populasi plankton pekat bakteri pengendali
pertumbuhan plankton
2. Bagian Dasar Tambak Air umumnya kekurangan Oksigen (Anaerob) kelompok bakteri anaerob
3. Fase Awal Budidaya Populasi plankton kurang pekat Bakteri perangsang pertumbuhan plankton
4. Fase Menjelang Panen Populasi plankton pekat bakteri pengendali
pertumbuhan plankton
2.3. Pengaruh
Pemberian Probiotik
Pengaruh penggunaan probiotik adalah untuk
aplikasi probiotik rutin dengan sistem sedikit ganti air mempunyai pH cenderung
tinggi, NH3 dan H2S relatif rendah, kecerahan lebih pekat, suhu, salinitas,
warna air, DO, pH, memenuhi kebutuhan hewan yang dibudidayakan. Penggunaan
probiotik pada usaha budidaya ikan dan udang dapat mengurangi penggunaan bahan
kimia dan antibiotik, berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup,
pertumbuhan, FCR dan produksi ikan serta udang.
Menurut Simarmata (2006) mekanisme penggunaan
probiotik dalam meningkatkan kualitas air, kesehatan udang dan pengendalian
secara biologis dapat diringkas sebagai berikut :
• Menguraikan senyawa toksis (detoksifikasi) dalam ekosistem tambak, terutama NH3 , NO2- dan H2S dan menguraikan timbunan bahan organik dan detritus pada dasar tambak.
• Antagonisme yaitu mikroba tersebut menghasilkan suatu senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan patogen.
• Kompetisi yaitu mikroba probiotik berkompetisi dengan mikroba patogen dalam memanfaatkan faktor tumbuh.
• Immunostimulan yaitu mikroba probiotik meningkatkan sistem imun dari inang atau organisme menguntungkan dalam ekosistem tambak.
• Meningkatkan status nutrisi yaitu mikroba probiotik meningkatkan ketersediaan hara dan penguraian hara pada inang.
• Menguraikan senyawa toksis (detoksifikasi) dalam ekosistem tambak, terutama NH3 , NO2- dan H2S dan menguraikan timbunan bahan organik dan detritus pada dasar tambak.
• Antagonisme yaitu mikroba tersebut menghasilkan suatu senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan patogen.
• Kompetisi yaitu mikroba probiotik berkompetisi dengan mikroba patogen dalam memanfaatkan faktor tumbuh.
• Immunostimulan yaitu mikroba probiotik meningkatkan sistem imun dari inang atau organisme menguntungkan dalam ekosistem tambak.
• Meningkatkan status nutrisi yaitu mikroba probiotik meningkatkan ketersediaan hara dan penguraian hara pada inang.
Beberapa penelitian tentang penggunaan
probiotik dalam budidaya udang antara lain; hasil penelitian Widanarni
bertujuan mencari bakteri pembunuh yang alami. Ia menemukan adanya kompetisi
antara Vibrio harveyi dengan bakteri probiotik. Kondisi ini terjadi saat Vibrio
harveyi hendak melekatkan diri ke tubuh udang. Bakteri probiotik tersebut
menurut Widanarti bisa diperoleh dengan cara menapisnya (screning) dari bakteri
Vibrio juga, yang jenisnya adalah probiotik SKT-b kepanjangan dari Skeletonema.
Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa kelangsungan hidup larva udang windu
dengan penambahan probiotik SKT-b menjadi lebih besar (93%) dibandingkan tanpa
SKT-b (68%). Penambahan probiotik SKT-b ternyata berhasil mengurangi populasi
Vibrio harveyi di saluran pencernaan larva udang (Widanarti, 2005).
Sementara itu Murtiati dkk (2006) melakukan
penelitian tentang penggunaan probiotik pada udang galah menjelaskan bahwa
kolam perlakuan dengan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik EM4 (B) maupun
MBPI (C) memberikan pengaruh yang baik pada peningkatan kadar oksigen terlarut,
yaitu pada kolam perlakuan ikan bandeng dan EM4 konsentrasi tertinggi mencapai
8,24 mg/l dan pada kolam perlakuan ikan bandeng dan MBPI 5,89 mg/l. Pada penelitian yang sama
diketahui juga bahwa dengan penggunaan probiotik dapat menurunkan konsentrasi
kandungan ammonia dan nitrit pada dasar tambak.
Lingkungan yang bersih bebas dari timbunan
sisa-sisa penguraian bahan organik (Ammonia, nitrit dan asam sulfida) serta
kaya akan oksigen akan sangat membantu pertumbuhan udang dan menjaga kesehatan
udang selama pemeliharaan. Tehnik
aplikasi penggunaan probiotik dalam budidaya udang biasanya dilakukan pada saat
persiapan lahan. Setelah pemberian probiotik pada saat persiapan lahan maka
probiotik dapat kembali diberikan setelah benur ditebarkan, dan sebaiknya
diberikan secara rutin.
2.4. Cara Penggunaan Probiotik
2.4. Cara Penggunaan Probiotik
Cara penggunaan probiotik adalah ; apabila
diberikan di kolom air yang aerobik sebaiknya diencerkan dulu dengan air
tambak, kemudian ditebar merata (untuk perbaikan kualitas air). Sedangkan
apabila diberikan di dasar tambak, penggunaannya dicampur dengan subtrat
pembawanya misal dengan zeolit, caranya tuang zeolit ke dalam bak plastik
campur dengan probiotik, aduk hingga merata dan tebarkan campuran tersebut di
tambak terutama dibagian yang banyak endapan lumpur. Probiotik dapat juga
digunakan dengan dicampur dengan pakan buatan, keringkan sebentar lalu
menebarkan pakan tersebut.
III.
METODOLOGI
3.1 Waktu pelaksanaan
Praktek
pembuatan pakan buatan ini dilaksanakan pada :
Waktu : 13.00
– sd selesai
Tanggal : Jumat,
08 Juli 2011
Tempat : Lab.
Pakan Akademi Perikanan Sidoarjo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1. Alat yang digunakan
1. Timbangan
2. Saringan
3. Gelas Ukur
4. Baskom
5. Wadah berbentuk drum
6. Kayu Pengaduk
3.2.2. Bahan yang digunakan
1. Isi rumen : 5 kg
2. Tetes / Molase : 1
liter
3. Katul : 2 kg
4. Air : 10 liter
3.3. Metode
Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah
metode pengamatan langsung terhadap objek yang akan di amati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Alur
Proses Pembuatan Pakan Ikan diantaranya :
v
Pemilihan/penyediaan
bahan baku
v
Pencampuran
v
Pengadukan
v
Penyimpanan
3.2. Prosedur
pembuatan pakan buatan
Prosedur pembuatan probiotik dari rumen ialah:
1. Siapkan alat dan bahan
2. Campurkan dedak halus yang sudah di ayak, tetes dan air kedalam tong
fermentasi.
3. Isi rumen dimasukkan lalu diaduk hingga tercampur rata dan homogeny.
4. Tutup tong fermentasi dan biarkan selama 1 minggu
5. Amati hasilnya pada hari ke-4,5 dan 6 (warna,bau dan temuan-temuan
lainnya)
6. Saring probiotik pada hari ke-7 lalu probiotik siap untuk digunakan.
3.3. Pemilihan
Bahan
3.3.1. Rumen
Sistem Pencernaan Ruminansia Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik
dan kimia yang dialami bahan makanan selama berada di dalam alat pencernaan.
Proses pencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih kompleks dibandingkan
proses pencernaan pada jenis ternak lainnya.
Perut ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu retikulum
(perutjala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut
sejati).Dalam studi fisiologi ternak ruminasia, rumen dan retikulum sering
dipandang sebagai organ tunggal dengan sebutan retikulorumen. Omasum disebut
sebagai perut buku karena tersusun dari lipatan sebanyak
sekitar 100 lembar. Fungsiomasum belum terungkap dengan jelas, tetapi pada
organ tersebut terjadi penyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan
elektrolit. Pada organ ini dilaporkan juga menghasilkan amonia dan mungkin
asam lemak terbang(Frances dan Siddon, 1993). Termasuk organ pencernaan bagian
belakang lambung adalah sekum, kolon dan rektum. Pada pencernaan bagian
belakang tersebut juga terjadi aktivitas fermentasi. Namun belum banyak
informasi yangterungkap tentang peranan fermentasi pada organ tersebut, yang
terletak setelahorgan penyerapan utama. Proses pencernaan pada ternak
ruminansia dapatterjadi secara mekanis di mulut, fermentatif oleh mikroba rumen
dan secarahidrolis oleh enzim-enzim pencernaan.
Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu proses yang disebut
memamah biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakan ditahan untuk
sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakanyang telah berada
dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses regurgitasi),untuk dikunyah kembali
(proses remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali(proses redeglutasi).
Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzimmikroba rumen.
Kontraksi retikulorumen yang terkoordinasi dalam rangkaianproses tersebut
bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi danpenyerapan nutrien.
Selain itu kontraksi retikulorumen juga bermanfaat untukpergerakan digesta
meninggalkan retikulorumen melalui retikulo-omasal orifice(Tilman et al.
1982).
Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Mikroba
rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa danfungi
(Czerkawski, 1986). Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan
pakan serat, karena dia membentuk koloni padajaringan selulosa pakan. Rizoid
fungi tumbuh jauh menembus dinding seltanaman sehingga pakan lebih terbuka
untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.
Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama
yangdigunakan, karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya. Kebalikannya
protozoa diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudahdilihat
berdasarkan penyebaran silianya. Beberapa jenis bakteri yang dilaporkanoleh
Hungate (1966) adalah : (a)
bakteri pencerna selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens,
Ruminococcus albus, Butyrifibriofibrisolvens), (b) bakteri pencerna
hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens,Bakteroides ruminocola, Ruminococcus
sp), (c) bakteri pencerna pati(Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis,
Succinnimonas amylolytica, (d) bakteri pencerna gula (Triponema bryantii,
Lactobasilus ruminus), (e) bakteri pencerna protein (Clostridium
sporogenus, Bacillus licheniformis).
Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morfologinya yaitu: Holotrichs yang mempunyai silia hampir
diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yang fermentabel, sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia
sekitar mulutumumnya merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna (Arora,
1989).
4.3.2. Dedak halus
Bahan dedak padi ada 2,
yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak yang paling baik adalah dedak
halus yang didapat dari proses penyosohan beras, dengan kandungan gizi: Protein = 11,35%,
Lemak = 12,15%,
Karbohidrat = 28,62%,
Abu = 10,5%,
Serat kasar = 24,46%, Ai r= 10,15%, Nilai ubah = 8 dan dedak halus ini menyediakan karbodidrat bagi bakteri untuk tumbuh.
4.3.3. Molase
Molasses adalah
salah satu hasil samping pabrik gula yang memiliki kandungan sukrosa sekitar 30
% disamping gula reduksi sekitar 25 % berupa glukosa dan fruktosa (Hadi dan
Sutrisno, 2000). Molasses merupakan sirup terakhir dari nira yang telah mengalami
pengolahan di pabrik gula dan telah dipisahkan gulanya melalui kristalisasi berulang
sehingga sudah tidak mungkin lagi menghasilkan kristal gula dengan cara kristalisasi
konvensional. Molasses biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku proses fermentasi
dan isolasi bahan-bahan non-gula. Sukrosa dalam tetes tebu tidak dapat lagi dikristalisasi
secara konvensional karena adanya pengotor dan viskositas tetes tebu yang sangat
tinggi (Koesdarminta dan Kosasih, 2006). Molasses dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan berbagai macam produk antara lain penyedap rasa,
alkohol, pakan ternak dan lain-lain (Almazan, Gonzales, Galves, 1998).
Molasses juga
dapat digunakan sebagai media fermentasi dalam pembuatan biosurfaktan.
Penggunaan molasses sebagai substrat dalam pembuatan biosurfaktan telah banyak
diteliti. Patel dan Desai (1997) telah menggunakan P. aeruginosa menggunakan
tetes tebu (molasses) sebagai sumber karbon menghasilkan biosurfaktan
jenis rhamnolipid. Rashedi, et al. (2005) juga telah berhasil menggunakan molasses
untuk memproduksi biosurfaktan dan menunjukkan bahwa produksi biosurfaktan
bertambah dengan meningkatnya konsentrasi molasses. Nitschke, et al.
(2004) telah berhasil memanfaatkan limbah cair tapioka (manipueira), whey
susu, dan tetes tebu (molasses) sebagai substrat oleh B. subtilis
menghasilkan surfaktan yang mempunyai sifat lipopeptida, jenis surfaktin.
4.3. Peranan Probiotik
Dalam Budidaya
Peranan
bakteri probiotik sebagai kontrol biologis pada sistem budi daya adalah (1)
Menekan pertumbuhan bakteri pathogen
(2)
Mempercepat degradasi bahan organik dan limbah
(3)
Meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial
(4)
Meningkatkan aktivitas mikroorganisme indigenus yang menguntungkan pada
tanaman, misal Mycorriza, Rhizobium dan bakteri pelarut pospat.
(5)
Memfiksasi nitrogen
(6)
Mengurangi pupuk dan pestisida.
Dengan adanya probiotik maka proses degradasi
bahan organik pada
dasar
tambak akan lancar, sehingga menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi
pertumbuhan plankton. Bahan organik yang mengalami mineralisasi oleh jasad
pengurai (probiotik) akan diubah menjadi bahan anorganik seperti nitrat dan
pospat. Bahan organik ini dapat digunakan secara langsung oleh fitoplankon
dalam air untuk kelangsungan hidupnya. Fitoplankton makanan bagi zooplankto,
sehingga jumlahnya melimpah. Hal ini menyebabkan perairan tersebut menjadi
subur. Zooplankton merupakan pakan alami bagi sebagian besar larva ikan,
termasuk larva. Dengan demikian maka ketersediaan pakan alami bagi ikan akan
tetap terjaga.
V. KESIMPULAN
Lingkungan tambak yang sehat dan subur (healty pond) mencerminkan adanya interaksi yang harmonis, baik antara komponen biotik dengan abiotik maupun sesama komponen biotiknya. Oleh karena itu peranan O2 dalam tambak sangat penting karena tanpa O2 mahluk hidup yang aerob (zooplankton, bakteri aerob, udang) akan mati akibatnya proses ketersediaan makanan dalam rantai makanan akan terputus dan terjadinya akumulasi senyawa organik pada dasar tambak. Dalam lingkungan tambak amoniak dan nitrit bersifat toksis, selain itu peningkatan amoniak juga meningkat dengan kenaikan suhu. jika kandungannya tinggi dapat menyebabkan kematian pada udang.
Probiotik adalah penggunaan bakteri atau mikroba menguntungkan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan tambak, kesehatan udang maupun meningkatkan sistem imun dari inang (udang) dan mengendalikan/menghambat mikroba patogen.
Tujuan utama penggunaan probiotik (kultur tunggal atau multikultur), antara lain meningkatkan kualitas air dan dasar tambak, meningkatkan kesehatan udang dan sebagai agent hayati (biological control agents) untuk mengendalikan berbagai penyakit pada tambak. Probiotik yang biasa digunakan dalam budidaya antara lain ; Bacillus lycheniforsis (Bakteri Nitrifikasi), merubah senyawa nitrat dasar tambak menjadi nitrit makanan plankton, bakteri Fotosintetik (Photo synthetic bacteria).
3.2. Saran
Melihat penerapan tehnologi probiotik yang sederhana maka disarankan untuk dapat diterapkan oleh para pembudidaya udang sebagai usaha pencegahan secara biologis terhadap serangan penyakit. Saat ini probiotik dalam usaha budidaya telah tersedia secara komersial, tetapi informasi yang secara ilmiah dianggap memadai belum tersedia. Kondisi inilah menyebabkan kesenjangan antara pelaksanaan di lapangan dengan landasan ilmiah yang mendukungnya. Oleh karena itu diperlukan kerjasama antar komponen petani tambak, pemerintah, institusi terkait (perusahaan produk, dan peneliti).
DAFTAR PUSTAKA
Prahasta,
A. dan Hasanawi Masturi. 2009. Agribisnis
Udang Windu. Pustaka Gravika. Bandung.
Suyanto,
R.A. dan Ahmad Mujiman. 2005. Budidaya
Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soetomo,
M. 1990. Teknik Budidaya Udang Windu.
Sinar Baru. Bandung.
Astri
Wulandari. 2008. Pembuatan biosurfaktan secara biotransformasi
menggunakan molasses sebagai media oleh Pseudomonas fluorescens. http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/52632505200908022.pdf.